Bismillah
Kali ini
aku akan menceritakan tentang petualanganku beberapa hari ini kawan (Selasa, 11 Oktober 2011)..
Ini
tentang petualanganku untuk memberikan makan kepada jiwaku yang haus akan
sensasi *lebay..
Namun
kali ini aku ga sendirian melainkan ada saudara-saudraku yang baik hati yang
ternyata juga lagi sama-sama ingin berpetualang, Shine dan Andi.
Benar
kata bang haji Roma Irama..
Berakit-rakit
ke hulu, Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit
dahulu baru kemudian bersenang-senang.
Ehem,,udah
lama juga ga nyanyiin lagu idola Bapakku ini *jadi kangen sama Bapak
Kalian
tau kawan seperti dengan cerita di dongeng-dongen yang happy ending dan
berbahagia untuk selamanya, begitu pun yang kami alami akhirnya tapi semoga
buat kami ini bukan sebuah ending tapi akan berkelanjutan.
Dan
inilah kisah pertamaku bersama Shine dan Andi…
Petualangan
Pertama Gabus….
Nah
kalau gabus ini asli dadakan banget karena Shine pun belum aku kasih info malam
sebelumnya. Kalau aku
sih sudah ga syok kalau untuk berpetualang dadakan karena sebelum-sebelumnya
saya paling suka kalau ada renacana dadakan tapi partner baruku iki loh yang ga
terbiasa. Apa lagi beliau ini ampun dah benyak urusan banget belum lagi di
tambah teman-temannya yang bejibun banyaknya yang kerapkali bertandang ke
kosan, jadi kalau mau bikin agenda itu harus daftar dulu sebelumnya karena
takutnya udah di dahului sama teman-temannya yag lain *udah kaya’ di Rumah Sakit
aja harus daftar dulu
Begitu
pun dengan kejadian sebelum akhirnya kami memutuskan untuk cabut ke gabus,
ternyata dugaanku benar karena aku terlalu dadakan ngasih kabarnya ternyata dia
sudah punya banyak janji dengan lain.
“Ya Allah
siapa yang akan kutemani malam ini ke gabus untuk survey lokasi, Shine sudah
punya agenda lain”, pikirku.
Eh
ternyata hari itu berpihak padaku, di depan rumah ada hajatan yang mengharuskan
Shine mengurung dirinya dikamar sepanjang hari, dan Alhamdulillah waktu aku sms
Shine untuk berpetualang dia langsung menerima tanpa harus memasukkanku ke
daftar agenda di nomor yang kesekian.
N’ well
malamnya pun kami berangkat menujuh gabus, eh tau-tau ada makhluk Allah atu
lagi pengen ikutan. Tapi karena berhubung kami belum tau apa-apa tentang daerah
gabus akhirnya kami memutuskan untuk menerimah tawaran itu.
Gabus…tunggu
kedatanganku, kataku membatin.
Setelah
beberapa lama kebut-kebutan dengan Andi sampailah pada adegan dimana hal
seperti ini akan terjadi untuk orang-orang yang baru *Nyasar
Akhirnya
Shine yang bertugas bertanya, dan kami pun di beri intruksi untuk menuju rumah Pal lurah. Nah sesampainya ke tempart yang kami tuju yaitu rumah Pak lurah
sungguh hancur hatiku, eh salah sungguh aku kaget setelah tau rumah Pak lurah
itu adalah yang waktu itu sudah ada di depan kami. Sangat jauh dibanding
pemandangan yang ada di kota, ini Pak lurah lo tapi ko’ rumah tetap aja dari
anyaman bambu dengan saung di depannya. Yah mungkin karena untuk sesuatu hal
sehingga itu terjadi, cukup Pak lurah dan keluarganya yang tau tapi kalau mau bagi-bagi ke aku juga ga
apa-apa.Tapi jujur aku salut
Tapi
sayang Pak lurah ga ada di rumah, akhirnya seorang ibu dan bapak-bapak yang
tetangga Pak lurah melayani pertanyaan kami malam itu.
Finally hasil dari pembicaraannya tempat itu sudah aman, dan untuk masalah agama
Alhamdulillah udah ga perlu di ragukan lagi karena pengajian sudah rutin di
laksanakan katanya.
Kami pun
memutuskan untuk pulang dan berkeliling sejenak ke gabus-gabus yang lain, karena
ternyata gabus itu ga Cuma satu tapi ada beberapa. Sempat kami memutuskan untuk
menemui pak lurah yang di daerah gabus yang lainnya tapi kasusnya pun sama,
lagi ga ada di rumah katanya.
Yah dan
keputusan akhir setelah kami mendatangi daerah gabus yang terakhir, hari selasa
kami kan melanjutkan peluangan ke daerah Muara gembong yang sama sekali belum
pernah aku dengar sebelumnya. Tapi bukankah ini tantangan, hal-hal baru seperti
ini la sebenarnya yang terkadang membuat kita semakin bergairah untuk berpetualang.
Rehat Sejenak |
Tapi tak
lupa sebelum pulang ke kosan tercinta, kita santap malam dulu donk. Menu malam ini bukan menu favorit tentunya*indomi
telur,,,melainkan ayam bakar dan di traktir pastinya..aseeeekk senk yu senk yu
untuk yang merelakan uangnya malam itu..hahahahha *ga modal sukanya yang
gratisan
Petualangan
ke-2 Muara Gembong..
Ujian
kali ini enggan untuk tidak menghampiriku dan teman-teman, yah seperti biasa
semua tidak akan semudah yang kita harapkan. Tiba-tiba malam itu si Shine
mengatakan kalau dia ada kerjaan dan belum tentu bisa ikut serta dalam
rombongan *udah kaya’ jamaah haji aaja,,, kalian tau seketika itu semangat 45 ku
untuk menyambut petualangan untuk hari selasa seketika itu juga seperti hanyut
terbawa arus(wuuiiiih).
Yah,
tapi setelah beberapa lama ku renungkan, akhirnya aku berusaha dengan berbesar
hati menerima kenyataan itu bahwa kali ini harus di batalkan lagi niat ini.
Setelah berbincang-bincang aku memutuskan untuk tidur dan Shine pun mau ke
kampus, paling tidak dengan tidur aku bisa melupakan sejenak impianku ini.
Pagi pun menyambut tapi ternyata bayangan ke gagalan itu masih terus menghantui, aku
pun melepas ke pergian Shine kekantor dengan harapan ada sesuatu yang terjadi
yang akhirnya membuat Shine bisa izin kerja hari itu. Semalam setelah Shine
mengutarakan kendalanya akhirnya kami memutuskan kalau Shine di izinkan dai hanya akan bekerja setengah hari waktu itu dan itu satu-satunya alasan yang
mebuatku berusaha bangun dari tidurku.
Setelah
Shine berangkat kerja, aku pun memutuskan untuk beres-beres dan masak agar
bayangan Muara gembong ga mengikuti terus. Salah satu kebiasan ku saat pusing
itu dengan membersihkan semua yang ada di depan mata, jadi kalau ada yang mau rumah nya di bersihin panggil
aku kalau lagi banyak pikiran di jamin rumahnya bakal kinclong *bayar
tapi..hahhahahaha
Beberapa
kali aku bolak balik dari kamar mandi ke pintu, berharap suara motor yang aku
dengar adalah suaranya si Beaty tapi nihil, itu suara motor tetangga. Akhirnya
aku pun memutuskan untuk sms shine..
“Nuii gimna???”send.
Humd,
rasa menunggu sms balasan Shine pada waktu itu serasa lebih menegangkan di
banding menunggu keluarnya nilai dari semester 4. Beberapa jam menunggu tetap
tidak ada balasan, aku pun akhirnya memutuskan untuk main ke Bantar Gebang untuk
nengokiin adik-adikku yang ada di sana untuk mengobati rasa kecewaku kali ini.
Tapi
belum juga mandi, eh yang di tunggu-tunggu nongol.
“Yes!Hayuukkk,,.
Kaabuur ahahaha”, itulah yang ku baca dan serasa mebuatku melayang, sensasinya
lebih dahsyat di banding waktu aku di terimah kerja.
Beberapa
waktu kemudian pun Shine datang dan tak
perlu waktu lama untuk bersiap-siap saking semangatnya. Hari itu kami pun
memutuskan untuk mengenakan kostum yang sama. Dan kami pun langsung go ke Muara
Gembong tak lupa jepretannya dulu untuk dokumentasi *Narsisnya ga boleh
ketinggalan ahaahha
Narsis dulu sebelum go |
Beaty
go…Muara Gembong, dengan nekat kami menuju daerah itu tanpa tau sedikit pun
dimana sebenarnya Muara Gembong berada. Tapi pikirku selama masih bisa mulut
ini bicara maka Muara Gembong akan kami temukan.
Jalan menuju muara gembong |
Surprise,
jalan ke Muara Gembong ternyata ada perbaikan jadi jalan utama di tutup. Mau
tidak mau kita melewati jalan pintas. Waauuu jalannya menantang sekali,
bebatuan dan kerikil yang bisa saja bisa membuat kita melayang jika salah jalan
sedikit saja dikarenakan licin.
Andi dengan Vixion tersayangnya menantang kerikil |
Itu
tidak membuat kami patah semangat tentunya, justru kami lebih semangat lagi
karena suguhan tantangannya benar-benar dahsyat. Beberapa kali kami harus
berhenti untuk bertanya kepada setiap orang yang kami temui. Dan yah akhirnya
kami pun menemukan akses untuk menujuh Muara gembong. Jalan kecil dengan rawa
di samping kiri kanan, dan harus naik perahu juga dan perumahan yang terbuat
dari anyaman bambu pun tak lupa menjadi pemandangan waktu itu.
Rumah dengan anyaman bambu |
Humd,
tapi ternyata kami tidak langsung mendapatkan daerah muara gembong, kami harus
nyasar lagi dengan melewati jalan yang seharusnya menjadi akses utama menuju muara gembong. Naik getek pula.
Lagi di Getek |
Waktu itu kami juga di kerjai ama
anak-anak kecil, mereka menunjukkan arah yang berlawanan untungnya ada ibu-ibu
yang akhirnya menunjukkan jalan yang seharusnya kami lewati. Dasar bocah, masih sempat aja mikir untuk ngerjian, ya udah aku teriakan aja tu bocah
“heyy
mana bengkoknya, yang bengkok mana??’, sesuai yang yang mereka jelaskan ke
kami.
“Muara
Gembong terus aja, kalau nanti ketemu benkokan benkok aja”,
Tak lupa
aku iseng dengan menanya balik
“apanya
yang bengkok??”, anak itu pun tersipu malu, bengkok ini maksudnya belokan.
Dan
Alhamdulillah “Wellcome to Muara Gembong” berasa pengen sujud waktu itu *lebay
Plang Muara gembong |
Tak
terbayang kan perjalanannya waktu itu, sungguh membahagiakan. Untuk kali
pertama aku mengendarai Motor Sejauh ini. Seru ternyata walau pun beberapa kali
aku harus melemaskan badan karena terasa pegal.
Andi pun memminta untuk rehat dulu, dan saung pun menjadi pilihan untuk beristirahat. Kebetulan saung itu sedang ada seorang kakek, saat kami sedang asyik-asyik berbincang datang
juga seorang bapak-bapak yang berprofesi sebagai penyeberang motor ke desa
sebelahnya lagi dengan menggunakan getek. Aku Lupa desa apa namanya yang jelas
tempat kami mampir itu namanya desa singkil.
istirahat sambil bersanda gurau |
Setelah
kami bebincang-bincang dengan kakek dan bapak tersebut aku menarik kesimpulan
bahwa daerah ini sudah termasuk aman karena ternyata di situ sudah sering di
kunjungi oleh pemerintah termasuk salah satu Partai Islam terkenal yang juga
membuka kantor di daerah tersebut. Ada satu hal yang membuat ku sakit perut
karena menahan tawa yaitu waktu aku menawari kakek itu untuk shalat waktu
kumandang pertanda waktu shalat Ashar telah tiba
“pak ga
shalat..??’, tanyaku.
“Owww,,udah tadi.”. Sontak aku pun langsung mebalik badan dan sekuat tenaga menahan
tawa.
“Kenapa
si cy ketawaa mulu??”, Tanya shine waktu itu entah dia ga nyadar dengan jawaban
kakek itu ataukah itu hanya basa basi agar si kakek tidak sadar dengan
ekspresiku.
Gimana
ga lucu coba, wong adzan baru di mulai ko’. Tapi uda shalat aja, gimana coba?
Kalian pikir sendiri deh letak ke
ganjalan jawaban kakek tadi.
Kami pun
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan setelah Andi balik dari shalat ashar. kebetulan sebelum kami meniggalkan
saung itu si kakek sempat memberikan nama untuk kami datangi jika perlu
informasi yang lebih jelas tentang daerah tiu. “Lurah Manan’ itu lah nama yang
sempat kami dengar sebelum memutuskan untuk tancap gas lagi. Kami pun bergegas
pergi karena takut kemalaman. Khawatir dengan jalan yang kami lalui,, Karena informasi yang kami dapatkan dari kakek katanya jalan yang kami lalui itu tidak
ada penerangan alias lampu. Jelas ku tak berani lah. See U again kakek semoga Allah mengijinkan kita untuk bertemu lagi.
Kami pun
menuju Lurah manan dengan harapan kami bisa mendapatkan sebuah informasi dari
beliau agar perjalanan kami sekian jauhnya ga rugi. Di jalan menuju Lurah Manan
Pun aku tak lupa memperhatikan setiap pemandangan yang aku lalui. Sempat aku
melihat markas polisi, yang mebuat ku semakin yakin kalau Muara gembong
bukanlah daerah yang tak terjamahi
melainkan terpencil karena akses menuju tempat ini tidak mudah dan jauh dari keramaian kota tapi kalau kita sudah memasuki kawasannya, cukup rame. Jadi suasana desanya pun udah ga terlalu kental.
Ternyata rumah Lurah manan tidak dekat,
jauhhh. Membuat Shine berpikir untuk mengakhiri perjalanan sebelum kita
terjebak malam. Aku pun mengiyakan. Andi hanya memutar balik motornya tanpa komentar.
Sewaktu
aku bertukar posisi dengan Shine. Aku ada inisiaitf untuk bertanya kepada
seorang ibu tentang tempat anak-anak mengaji di daerah itu. Dan Alhamdulilah
ada, tak jauh dari tempat kami memutuskan untuk pulang. Nah inilah ternyata
rencana Allah dan inti dari petualangan kami.
Kami bertemu dengan sekumpulan anak TPA yang
sedang menunggu ustadzahnya datang dan aku pun tidak menyia-nyiakan momen itu.
Langsung ku sapa mereka dan izin untuk bergabung di tempat mereka mengaji.
Mereka saagat welllcome. Ternyata kami sudah di perhatikan oleh seorang bapak yang sudah lebih dulu berbincang dengan Andi. Bapak itu pun memanggil kami ke rumahnya. Ternyata bapak itu adalah suami dari ustadzah
dari TPA tsb. Setelah kami ta’arufan seorang ibu pun keluar dari rumah.
“Akhwat,”
Pikirku.
Kami dan ibu Masitha |
Beliau Langsung dengan hangatnya cipika cipiki dan menyapa kami. Lembut, anggun, dan teduh tentunya. Beliau juga inspiratif banget. Bayangkan kawan beliau mengajar
anak-anak tersebut dari tahun 2003 dan memutuskan untuk meninggalkan Jakarta
untuk mengajar anak-anak itu. Subahanalloh kan, kalian tau tak ada perubahan
dari mereka jika dibanding berapa lama beliau mengajar. Beliau dan suami tetap
sederhana. Rumah mereka pun terbuat dari anyaman bambu. Saung pun ada karena
bantuan dari salah satu yayasan yang juga peduli dengan ke keadaan mereka.
Bahagia
sekali rasanya kami di minta ibu uutuk mengisih pengajian hari itu, tanpa
berpikir panjang pun kuterima tawaran nya. Kami pun langsung membuka perkenalan
untuk hari itu , TPA dengan nama
“Al-Furqon”. Sebagai hadiahku untuk mereka aku dan Shine pun mengajarkan yel-yel dan
beberapa mainan lainnya sebelum kami pulang. Bernasis ria tentunya tak
terlupakan.
Setelah
pengajian selesai kami pun langsung memutuskan untuk pulang, kami bertukar
no. Hp dan ibu Masyitha pun (nama dari ibu Pembina TPA tsb). Yah ternyata
Allah selalu penuh dengan rencana-rencana terindahnya. Dimana disaat kami
memutuskan untuk mengakhiri perjalanan itu tanpa 1 pun oleh-oleh yang kami
harapkan. Ternyata di beri jawaban oleh Allah dengan di pertemukannya kami dengan
TPA “Al-Furqon" dan "Ibu Masyitha dengan suami”.
TPA Al-Furqon |
“Kita
tidak pernah tau dengan rencana Allah ya nuuii”, kataku pada Shine sembari tersenyum.Senyuman ibu Masyitha pun melepas kami dengan harapan kami masih akan berkunjung ke
tempatnya lagi..Insya Allah gumamku.
Heran
loh waktu kami bertemu ibu Masyitha pertama kali, serasa kami sebelumnya pernah
bertemu saking hangatnya beliau menyambut kami.
Sunset
pun melepas kami pulang ke Bekasi.
Tunggu
kedatangan kami selanjutnya Muara Gembong. Insya Allah
Mimpi kita masih jauh mari kita kejar Shine ibarat mengejar matari itu.
Sebelum
kami pulang ke kosan kami ke kampus dulu, behubung karena kelas ku udah selesai jadi aku pun ikut kelas Shine. Tapi beh bikin geleng-geleng temannya Shine masa kami di katain Team
nasyid..cpcpcpcpcc aya-aya wae teman kau tu Shine
Humd
kami pun pulang ke kosan dengan 2 bungkus nasi goreng, menu penutup malam
itu.
“Allah tidak ingin perjalanan
kita sia-sia makanya kita ditunjukakan TPA al-furqon”
Terima
kasi ya Allah, semoga engkau tetap mengijinkan hamba untuk melanjutkan jejak
petualanganku untuk bertemu dengan mereka yang membtuhkan bantuanku bersama dengan saudara-saudaraku . aamiin
Doa itu
pun menjadi pengantar tidurku malam itu.
Hamasah |
Semoga
bisa menjadi inspirasi dan membuat kawan-kawan juga ingin ikut serta dalam
petualangan kami atau mungkim berpetualang juga dengan cara lain dan lebih
bermanfaat tentunya.
Salam
SemAngat Selalu
Salam Massallessuran
wew, Andi? Siapa tuuuh???
BalasHapusSubhanallah yo cik, rencana Allah memang selalu lebih indah...
Ah, benar2 speechless dech...
Hanya satu kata yg bisa mewakilkan : "MENAKJUBKAN!!!"
andi kan teman kita berdua nuii,,jangan pura2 lupa
BalasHapusMasya Allah perjuangan anti luar biasa,rasanya pengen ikutan
BalasHapus