Kamis, 13 Oktober 2011

Semangat Petualangan-Gabus n Muara Gembong


Bismillah

              Mulailah langkah baru, disetiap hari yang berganti,
              Agar Kita tak tertinggal,
              Jika hari-hari dibiarkan berlalu begitu saja
              Maka kerugianlah yang akan menanti di depan sana...
              *Shaff-Fix


Salam semangat kawan.....
Kali ini aku akan menceritakan tentang petualanganku beberapa hari ini kawan (Selasa, 11 Oktober 2011)..
Ini tentang petualanganku untuk memberikan makan kepada jiwaku yang haus akan sensasi *lebay..
Namun kali ini aku ga sendirian melainkan ada saudara-saudraku yang baik hati yang ternyata juga lagi sama-sama ingin berpetualang, Shine dan Andi.

Benar kata bang haji Roma Irama..
Berakit-rakit ke hulu, Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu baru kemudian bersenang-senang.
Ehem,,udah lama juga ga nyanyiin lagu idola Bapakku ini *jadi kangen sama Bapak

Kalian tau kawan seperti dengan cerita di dongeng-dongen yang happy ending dan berbahagia untuk selamanya, begitu pun yang kami alami akhirnya tapi semoga buat kami ini bukan sebuah ending tapi akan berkelanjutan.

Dan inilah kisah pertamaku bersama Shine dan Andi…

Petualangan Pertama Gabus….
Nah kalau gabus ini asli dadakan banget karena Shine pun belum aku kasih info malam sebelumnya. Kalau aku sih sudah ga syok kalau untuk berpetualang dadakan karena sebelum-sebelumnya saya paling suka kalau ada renacana dadakan tapi partner baruku iki loh yang ga terbiasa. Apa lagi beliau ini ampun dah benyak urusan banget belum lagi di tambah teman-temannya yang bejibun banyaknya yang kerapkali bertandang ke kosan, jadi kalau mau bikin agenda itu harus daftar dulu sebelumnya karena takutnya udah di dahului sama teman-temannya yag lain *udah kaya’ di Rumah Sakit aja harus daftar dulu

Begitu pun dengan kejadian sebelum akhirnya kami memutuskan untuk cabut ke gabus, ternyata dugaanku benar karena aku terlalu dadakan ngasih kabarnya ternyata dia sudah punya banyak janji dengan lain.

“Ya Allah siapa yang akan kutemani malam ini ke gabus untuk survey lokasi, Shine sudah punya agenda lain”, pikirku.

Eh ternyata hari itu berpihak padaku, di depan rumah ada hajatan yang mengharuskan Shine mengurung dirinya dikamar sepanjang hari, dan Alhamdulillah waktu aku sms Shine untuk berpetualang dia langsung menerima tanpa harus memasukkanku ke daftar agenda di nomor yang kesekian.

N’ well malamnya pun kami berangkat menujuh gabus, eh tau-tau ada makhluk Allah atu lagi pengen ikutan. Tapi karena berhubung kami belum tau apa-apa tentang daerah gabus akhirnya kami memutuskan untuk menerimah tawaran itu.

Gabus…tunggu kedatanganku, kataku membatin.
Setelah beberapa lama kebut-kebutan dengan Andi sampailah pada adegan dimana hal seperti ini akan terjadi untuk orang-orang yang baru *Nyasar

Akhirnya Shine yang bertugas bertanya, dan kami pun di beri intruksi untuk menuju rumah Pal lurah. Nah sesampainya ke tempart yang kami tuju yaitu rumah Pak lurah sungguh hancur hatiku, eh salah sungguh aku kaget setelah tau rumah Pak lurah itu adalah yang waktu itu sudah ada di depan kami. Sangat jauh dibanding pemandangan yang ada di kota, ini Pak lurah lo tapi ko’ rumah tetap aja dari anyaman bambu dengan saung di depannya. Yah mungkin karena untuk sesuatu hal sehingga itu terjadi,  cukup Pak lurah dan keluarganya yang tau tapi kalau mau bagi-bagi ke aku juga ga apa-apa.Tapi jujur aku salut

Tapi sayang Pak lurah ga ada di rumah, akhirnya seorang ibu dan bapak-bapak yang tetangga Pak lurah melayani pertanyaan kami malam itu.

Finally hasil dari pembicaraannya tempat itu sudah aman, dan untuk masalah agama Alhamdulillah udah ga perlu di ragukan lagi karena pengajian sudah rutin di laksanakan katanya.
Kami pun memutuskan untuk pulang dan berkeliling sejenak ke gabus-gabus yang lain, karena ternyata gabus itu ga Cuma satu tapi ada beberapa. Sempat kami memutuskan untuk menemui pak lurah yang di daerah gabus yang lainnya tapi kasusnya pun sama, lagi ga ada di rumah katanya.
Yah dan keputusan akhir setelah kami mendatangi daerah gabus yang terakhir, hari selasa kami kan melanjutkan peluangan ke daerah Muara gembong yang sama sekali belum pernah aku dengar sebelumnya. Tapi bukankah ini tantangan, hal-hal baru seperti ini la sebenarnya yang terkadang membuat kita semakin bergairah untuk berpetualang.
Rehat Sejenak 

Tapi tak lupa sebelum pulang ke kosan tercinta, kita santap malam dulu donk. Menu malam ini  bukan menu favorit tentunya*indomi telur,,,melainkan ayam bakar dan di traktir pastinya..aseeeekk senk yu senk yu untuk yang merelakan uangnya malam itu..hahahahha *ga modal sukanya yang gratisan

Petualangan ke-2 Muara Gembong..
Ujian kali ini enggan untuk tidak menghampiriku dan teman-teman, yah seperti biasa semua tidak akan semudah yang kita harapkan. Tiba-tiba malam itu si Shine mengatakan kalau dia ada kerjaan dan belum tentu bisa ikut serta dalam rombongan *udah kaya’ jamaah haji aaja,,, kalian tau seketika itu semangat 45 ku untuk menyambut petualangan untuk hari selasa seketika itu juga seperti hanyut terbawa arus(wuuiiiih).

Yah, tapi setelah beberapa lama ku renungkan, akhirnya aku berusaha dengan berbesar hati menerima kenyataan itu bahwa kali ini harus di batalkan lagi niat ini. Setelah berbincang-bincang aku memutuskan untuk tidur dan Shine pun mau ke kampus, paling tidak dengan tidur aku bisa melupakan sejenak impianku ini.

Pagi pun menyambut tapi ternyata bayangan ke gagalan itu masih terus menghantui, aku pun melepas ke pergian Shine kekantor dengan harapan ada sesuatu yang terjadi yang akhirnya membuat Shine bisa izin kerja hari itu. Semalam setelah Shine mengutarakan kendalanya akhirnya kami memutuskan kalau Shine di izinkan dai hanya akan bekerja setengah hari waktu itu dan itu satu-satunya alasan yang mebuatku berusaha bangun dari tidurku.

Setelah Shine berangkat kerja, aku pun memutuskan untuk beres-beres dan masak agar bayangan Muara gembong ga mengikuti terus. Salah satu kebiasan ku saat pusing itu dengan membersihkan semua yang ada di depan mata, jadi kalau  ada yang mau rumah nya di bersihin panggil aku kalau lagi banyak pikiran di jamin rumahnya bakal kinclong *bayar tapi..hahhahahaha

Beberapa kali aku bolak balik dari kamar mandi ke pintu, berharap suara motor yang aku dengar adalah suaranya si Beaty tapi nihil, itu suara motor tetangga. Akhirnya aku pun memutuskan untuk sms shine..
“Nuii gimna???”send.

Humd, rasa menunggu sms balasan Shine pada waktu itu serasa lebih menegangkan di banding menunggu keluarnya nilai dari semester 4. Beberapa jam menunggu tetap tidak ada balasan, aku pun akhirnya memutuskan untuk main ke Bantar Gebang untuk nengokiin adik-adikku yang ada di sana untuk mengobati rasa kecewaku kali ini.

Tapi belum juga mandi, eh yang di tunggu-tunggu nongol.
“Yes!Hayuukkk,,. Kaabuur ahahaha”, itulah yang ku baca dan serasa mebuatku melayang, sensasinya lebih dahsyat di banding waktu aku di terimah kerja.

Beberapa waktu kemudian pun  Shine datang dan tak perlu waktu lama untuk bersiap-siap saking semangatnya. Hari itu kami pun memutuskan untuk mengenakan kostum yang sama. Dan kami pun langsung go ke Muara Gembong tak lupa jepretannya dulu untuk dokumentasi *Narsisnya ga boleh ketinggalan ahaahha
Narsis dulu sebelum go

Beaty go…Muara Gembong, dengan nekat kami menuju daerah itu tanpa tau sedikit pun dimana sebenarnya Muara Gembong berada. Tapi pikirku selama masih bisa mulut ini bicara maka Muara Gembong akan kami temukan.
Jalan menuju muara gembong

Surprise, jalan ke Muara Gembong ternyata ada perbaikan jadi jalan utama di tutup. Mau tidak mau kita melewati jalan pintas. Waauuu jalannya menantang sekali, bebatuan dan kerikil yang bisa saja bisa membuat kita melayang jika salah jalan sedikit saja dikarenakan licin.
Andi dengan Vixion tersayangnya menantang kerikil

Itu tidak membuat kami patah semangat tentunya, justru kami lebih semangat lagi karena suguhan tantangannya benar-benar dahsyat. Beberapa kali kami harus berhenti untuk bertanya kepada setiap orang yang kami temui. Dan yah akhirnya kami pun menemukan akses untuk menujuh Muara gembong. Jalan kecil dengan rawa di samping kiri kanan, dan harus naik perahu juga dan perumahan yang terbuat dari anyaman bambu pun tak lupa menjadi pemandangan waktu itu.
Rumah dengan anyaman bambu

Humd, tapi ternyata kami tidak langsung mendapatkan daerah muara gembong, kami harus nyasar lagi dengan melewati jalan yang seharusnya menjadi akses utama menuju muara gembong.  Naik getek pula.
Lagi di Getek

Waktu itu kami juga di kerjai ama anak-anak kecil, mereka menunjukkan arah yang berlawanan untungnya ada ibu-ibu yang akhirnya menunjukkan jalan yang seharusnya kami lewati. Dasar bocah, masih sempat aja mikir untuk ngerjian, ya udah aku teriakan aja tu bocah

“heyy mana bengkoknya, yang bengkok mana??’, sesuai yang yang mereka jelaskan ke kami.
“Muara Gembong terus aja, kalau nanti ketemu benkokan benkok aja”,
Tak lupa aku iseng dengan menanya balik
“apanya yang bengkok??”, anak itu pun tersipu malu, bengkok ini maksudnya belokan.

Dan Alhamdulillah “Wellcome to Muara Gembong” berasa pengen sujud waktu itu *lebay
Plang Muara gembong

Tak terbayang kan perjalanannya waktu itu, sungguh membahagiakan. Untuk kali pertama aku mengendarai Motor Sejauh ini. Seru ternyata walau pun beberapa kali aku harus melemaskan badan karena terasa pegal.
Andi pun memminta untuk rehat dulu, dan saung pun menjadi pilihan untuk beristirahat. Kebetulan saung itu sedang ada seorang kakek, saat kami sedang asyik-asyik berbincang datang juga seorang bapak-bapak yang berprofesi sebagai penyeberang motor ke desa sebelahnya lagi dengan menggunakan getek. Aku Lupa desa apa namanya yang jelas tempat kami mampir itu namanya desa singkil.
istirahat sambil bersanda gurau

Setelah kami bebincang-bincang dengan kakek dan bapak tersebut aku menarik kesimpulan bahwa daerah ini sudah termasuk aman karena ternyata di situ sudah sering di kunjungi oleh pemerintah termasuk salah satu Partai Islam terkenal yang juga membuka kantor di daerah tersebut. Ada satu hal yang membuat ku sakit perut karena menahan tawa yaitu waktu aku menawari kakek itu untuk shalat waktu kumandang pertanda waktu shalat Ashar telah tiba
“pak ga shalat..??’, tanyaku.
“Owww,,udah tadi.”. Sontak aku pun langsung mebalik badan dan sekuat tenaga menahan tawa.
“Kenapa si cy ketawaa mulu??”, Tanya shine waktu itu entah dia ga nyadar dengan jawaban kakek itu ataukah itu hanya basa basi agar si kakek tidak sadar dengan ekspresiku.
Gimana ga lucu coba, wong adzan baru di mulai ko’. Tapi uda shalat aja, gimana coba? Kalian pikir sendiri deh letak  ke ganjalan jawaban kakek tadi. 

Kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan setelah Andi balik dari shalat ashar. kebetulan sebelum kami meniggalkan saung itu si kakek sempat memberikan nama untuk kami datangi jika perlu informasi yang lebih jelas tentang daerah tiu. “Lurah Manan’ itu lah nama yang sempat kami dengar sebelum memutuskan untuk tancap gas lagi. Kami pun bergegas pergi karena takut kemalaman. Khawatir dengan jalan yang kami lalui,, Karena informasi yang kami dapatkan dari kakek katanya jalan yang kami lalui itu tidak ada penerangan alias lampu. Jelas ku tak berani lah. See U again kakek semoga Allah mengijinkan kita untuk bertemu lagi.

Kami pun menuju Lurah manan dengan harapan kami bisa mendapatkan sebuah informasi dari beliau agar perjalanan kami sekian jauhnya ga rugi. Di jalan menuju Lurah Manan Pun aku tak lupa memperhatikan setiap pemandangan yang aku lalui. Sempat aku melihat markas polisi, yang mebuat ku semakin yakin kalau Muara gembong bukanlah  daerah yang tak terjamahi melainkan terpencil  karena akses menuju tempat ini tidak mudah dan jauh dari keramaian kota tapi kalau kita sudah memasuki kawasannya, cukup rame. Jadi suasana desanya pun udah ga terlalu kental.

Ternyata rumah Lurah manan tidak dekat, jauhhh. Membuat Shine berpikir untuk mengakhiri perjalanan sebelum kita terjebak malam. Aku pun mengiyakan. Andi hanya memutar balik motornya tanpa komentar.
Sewaktu aku bertukar posisi dengan Shine. Aku ada inisiaitf untuk bertanya kepada seorang ibu tentang tempat anak-anak mengaji di daerah itu. Dan Alhamdulilah ada, tak jauh dari tempat kami memutuskan untuk pulang. Nah inilah ternyata rencana Allah dan inti dari petualangan kami.

Kami  bertemu dengan sekumpulan anak TPA yang sedang menunggu ustadzahnya datang dan aku pun tidak menyia-nyiakan momen itu. Langsung ku sapa mereka dan izin untuk bergabung di tempat mereka mengaji. Mereka saagat welllcome. Ternyata kami sudah di perhatikan oleh seorang bapak yang sudah lebih dulu berbincang dengan Andi. Bapak itu pun memanggil kami ke rumahnya. Ternyata bapak itu adalah suami dari ustadzah dari TPA tsb. Setelah kami ta’arufan seorang ibu pun keluar dari rumah.
“Akhwat,” Pikirku.
Kami dan ibu Masitha

Beliau Langsung dengan hangatnya cipika cipiki dan menyapa kami. Lembut, anggun, dan teduh tentunya. Beliau juga inspiratif banget. Bayangkan kawan beliau mengajar anak-anak tersebut dari tahun 2003 dan memutuskan untuk meninggalkan Jakarta untuk mengajar anak-anak itu. Subahanalloh kan, kalian tau tak ada perubahan dari mereka jika dibanding berapa lama beliau mengajar. Beliau dan suami tetap sederhana. Rumah mereka pun terbuat dari anyaman bambu. Saung pun ada karena bantuan dari salah satu yayasan yang juga peduli dengan ke keadaan mereka.

Bahagia sekali rasanya kami di minta ibu uutuk mengisih pengajian hari itu, tanpa berpikir panjang pun kuterima tawaran nya. Kami pun langsung membuka perkenalan untuk hari itu , TPA dengan nama “Al-Furqon”. Sebagai hadiahku untuk mereka aku dan Shine pun mengajarkan yel-yel dan beberapa mainan lainnya sebelum kami pulang. Bernasis ria tentunya tak terlupakan.

Setelah pengajian selesai kami pun langsung memutuskan untuk pulang, kami bertukar no. Hp dan ibu Masyitha pun (nama dari ibu Pembina TPA tsb). Yah ternyata Allah selalu penuh dengan rencana-rencana terindahnya. Dimana disaat kami memutuskan untuk mengakhiri perjalanan itu tanpa 1 pun oleh-oleh yang kami harapkan. Ternyata di beri jawaban oleh Allah dengan di pertemukannya kami dengan TPA “Al-Furqon" dan "Ibu Masyitha dengan suami”.
TPA Al-Furqon

“Kita tidak pernah tau dengan rencana Allah ya nuuii”,  kataku pada Shine sembari tersenyum.Senyuman ibu Masyitha pun melepas kami dengan harapan kami masih akan berkunjung ke tempatnya lagi..Insya Allah gumamku.

Heran loh waktu kami bertemu ibu Masyitha pertama kali, serasa kami sebelumnya pernah bertemu saking hangatnya beliau menyambut kami.
Sunset pun melepas kami pulang ke Bekasi.
Tunggu kedatangan kami selanjutnya Muara Gembong. Insya Allah

Mimpi kita masih jauh mari kita kejar Shine ibarat mengejar matari itu.

Sebelum kami pulang ke kosan kami ke kampus dulu, behubung karena kelas ku udah selesai jadi aku pun ikut kelas Shine. Tapi beh bikin geleng-geleng temannya Shine masa kami di katain Team nasyid..cpcpcpcpcc aya-aya wae teman kau tu Shine
Humd kami pun pulang ke kosan dengan 2 bungkus nasi goreng, menu penutup malam itu.
“Allah tidak ingin perjalanan kita sia-sia makanya kita ditunjukakan TPA al-furqon”
Terima kasi ya Allah, semoga engkau tetap mengijinkan hamba untuk melanjutkan jejak petualanganku untuk bertemu dengan mereka yang membtuhkan bantuanku bersama dengan saudara-saudaraku . aamiin
Doa itu pun menjadi pengantar tidurku malam itu.
Hamasah

Semoga bisa menjadi inspirasi dan membuat kawan-kawan juga ingin ikut serta dalam petualangan kami atau mungkim berpetualang juga dengan cara lain dan lebih bermanfaat tentunya.

Salam SemAngat Selalu

Salam Massallessuran

3 komentar:

  1. wew, Andi? Siapa tuuuh???

    Subhanallah yo cik, rencana Allah memang selalu lebih indah...
    Ah, benar2 speechless dech...
    Hanya satu kata yg bisa mewakilkan : "MENAKJUBKAN!!!"

    BalasHapus
  2. andi kan teman kita berdua nuii,,jangan pura2 lupa

    BalasHapus
  3. Masya Allah perjuangan anti luar biasa,rasanya pengen ikutan

    BalasHapus